Kenapa Kita Tidak Boleh Nyontek Saat Ujian?
Ujian akhir semester (UAS) yang telah beralih nama pada kurikulum 2013 menjadi penilaian akhir semester (PAS) mulai menjadi perbincangan hangat oleh kaum pelajar di seluruh Indonesia, karena bulan Desember ini adalah akhir dari perjalanan panjang semester gasal bagi seluruh pelajar Indonesia.
Ngomong-ngomong soal Ujian pasti tak lepas dari istilah contekan, menyontek, dan saling contek. Sebenarnya pelajar yang menyontek saat ujian mengetahui apa konsekuensi dari menyontek dan hal-hal buruk yang diakibatkan dari menyontek itu sendiri, tapi mereka tetap melakukannya, bener gak teman-teman?
Kenapa kita tidak boleh menyontek?
Sistem rangking yang diterapkan pemerintah pada pendidikan di Indonesia menjadi penyebab obsesi siswa untuk menjadi yang terbaik, meski dengan cara yang salah. setiap anak merasa harus bersaing dengan temannya sendiri, entah itu bersaing secara sehat maupun sakit, eh maksudnya maupun bersaing secara tidak sehat.
Ngomong-ngomong soal Ujian pasti tak lepas dari istilah contekan, menyontek, dan saling contek. Sebenarnya pelajar yang menyontek saat ujian mengetahui apa konsekuensi dari menyontek dan hal-hal buruk yang diakibatkan dari menyontek itu sendiri, tapi mereka tetap melakukannya, bener gak teman-teman?
Kenapa kita tidak boleh menyontek?
Seringkali bapak/ibu guru melakukan tindakan preventif untuk menghindarkan anak didiknya dari tingakan curng ini, namun yang ditindak hanyalah setelah terjadi kasus. Pasti teman-teman pernah melihat teman lain ketahuan menyontek di kelas kan? atau jangan-jangan Kamu sendiri yang ketahuan nyontek?
Ada banyak hal yang mendasari perbuatan tidak terpuji ini, adanya berbagai faktor tersebut yang kadang membuat kita kesulitan mencari jalan keluar dari masalah yang sudah turun temurun dan menjadi tradisi bagi pelajar.
1. Persaingan antar Siswa
Mendapat rangking yang semakin besar jumlah nilai rangking, akan semakin meningkat pula nilai kekecewaan dalam diri siswa, orang tua, bahkan guru. Siswa sekarang sudah terdoktrin bahwa rangking 1 berarti pintar, rangking 30 berarti bodoh.
2. Tuntutan Orang Tua
Hampir semua orang tua menginginkan anaknya menjadi yang terbaik apalagi dalam hal prestasi di sekolah. Hal ini juga mempengaruhi mindset anak untuk tidak boleh menjadi yang terbelakang atau tidak boleh mendapat nilai jelek. Dengan ketakutan itu, anak akan berusaha mendapatkan nilai yang bagus dengan cara apapun demi memuaskan hati orang tua. Apakah teman-teman akan terus menyuguhkan kebohongan yang manis pada orang tua? iya, kita tidak punya pilihan.
Maka dari itu Ayah dan Bunda juga harus memberi dukungan dan menemani anaknya belajar dan memberi pengertian kepada buahnya bahwa nilai bukanlah segalanya.
3. Solidaritas
Ini yang kadang membuat semua orang jengah, kata solidaritas dijadikan alat penghalalan contek-menyontek. Kita sendiri sering menganggap teman kita tidak setia kawan kalau tidak mau memberikan jawabannya pada teman lainnya. Karena kita sama-sama tahu bahwa tidak memiliki teman atau dijauhi teman lebih menyakitkan jika imbalannya hanya mendapat nilai bagus. Siswa yang pintar akan terus membohongi diri dengan arti kata setia kawan, dan siswa yang kurang pintar akan memanfaatkan kesempatan ini untuk menekan dan memberi ancaman sosial pada teman pintarnya.
Teman, mulailah dari diri sendiri untuk berlaku bijaksana pada teman kita. Dengan memberikan centekan pada teman kita maka secara tidak langsung kita telah membunuh fungsi otak teman kita untuk berfikir. Ini bukan solidaritas, ini adalah pembunuhan karakter terselubung.
4. Kemalasan Siswa
Terlepas dari beberapa faktor di atas, kita tidak bisa terus mencari kesalahan dari luar. Kemalasan siswa dalam belajar juga menjadi salah satu faktor terbesar untuk berbuat curang alias menyontek. Untuk apa susah-susah belajar jika dengan menyontek kita bisa mendapat nilai yang bagus, begitulah kira-kira pemikiran kids jaman micin sekarang. Kurangnya persiapan siswa dalam mendalami materi ujian dapat pula menimbulkan niat menyontek sebagai jalur alternatif.
Tidak ada yang dapat menolong selain diri kita sendiri, man teman semua.
Semakin majunya zaman akan semakin berat pula tantangan yang akan kita hadapi kelak, semakin elit peradaban manusia maka akan semakin mudah pula manusia melakukan berbagai kegiatan dengan bantuan teknologi yang serba instan, efisien waktu dan tenaga. namun jangan disamakan dengan menimba ilmu. Tidak ada ilmu yang didapatkan dengan cara instan. Semakin instan cara teman-teman berjuang mendapatkan ilmu, maka semakin sedikit pula yang didapat. Pelan-pelan budaya menyontek akan membunuh peradaban manusia.
Lalu apa yang dapat kita perbuat untuk menanggulangi bencana moral ini?
Tanamkan dalam diri sendiri bahwa buah dari kejujuran sangatlah manis, lebih dari yang kita bayangkan. Kita akan lebih lega dan nyaman jika mengerjakan soal atas pemikiran sendiri, karena kebiasaan ini akan membentuk kita pada pembawaan diri yang selalu jujur.
Dimulai dari diri sendiri. Nasehat guru ataupun orang tua mungkin hanya akan mengendap sesaat di fikiran kita, selang beberapa hari akan lenyap tanpa memantapkan hati secara menyeluruh.
Ingat teman-teman, penyesalan selalu datang terlambat. Maka dari itu mulailah bergerak, perangi kebiasaan nyontek saat ujian. Kesuksesan tidak pernah dimenangkan oleh si penyontek.
Dimulai dari diri sendiri. Nasehat guru ataupun orang tua mungkin hanya akan mengendap sesaat di fikiran kita, selang beberapa hari akan lenyap tanpa memantapkan hati secara menyeluruh.
Ingat teman-teman, penyesalan selalu datang terlambat. Maka dari itu mulailah bergerak, perangi kebiasaan nyontek saat ujian. Kesuksesan tidak pernah dimenangkan oleh si penyontek.
0 Response to "Kenapa Kita Tidak Boleh Nyontek Saat Ujian?"
Posting Komentar